Cinta
merupakan sebuah anugrah yang ditiupkan oleh tuhan pad hati manusia. Rasa yang
unik yang dapat berubah sewaktu-waktu, karena sebagai penyeimbang “cinta” maka
ditaruhlah benci oleh tuhan, karena sesuatu yang berlebihan merupakan hal yang
tidak baik. Begitupan dengan cinta yang berlebihan dapat menerobbos garis
pembatas sehingga berubahlah menjadi benci.
Rasa
Cinta uncul dengan banyak alasan, apalagi jika hal itu merupakan rasa yang
ditimbulkan antara pertemuan kedua lawan jenis. Kebanyakan alasannya
adalah absurd. Cinta menjadi sesuatu
yang mahal harganya jika tubuh manusia sudah dikuasai oleh rasa kebencian.
Semua hal yang dilihat, didengar oleh manusia akan berakibat kebencian dalam
hati. Namun, jika cinta itu menguasai seuthnya tubuh manusia juga menjadi
bahaya, karena hal yang salah dapat dibenarkan karena cinta, begitupun juga
sebaliknya. Diantara keduanya maka ada yang namanya akal fikiran sebagai wasit
antara cinta dan benci.
Membicarakan
cinta kita akan identik dengan “jodoh”. Apalagi jika “virus” ini (cinta)
menjalar pada anak remaja. Semuanya ingin dan lekas bertemu dengan jodoh mereka
yang dianggapnya adalah cinta sejati. Rasa cinta yang sebenarnya bukan hanya
sebab yang dapat hilang jika sebab tersebut jika menghilang.
Apakah
kita tidak tahu cinta dan jodoh itu juga harus ada perekatnya. Tidak semata
cinta sejati antara dua insan bisa dinamakan jodoh, karena jodoh harus
berhubungan dengan berbagai aspek. Terutama keberterimaan antara kedua belah
pihak (keluarga) terutama orang tua. Maka seseorang yang merasa sudah menemukan
jodohnya dia harus bisa merekatkan dirinya dengan lawan jenisnya. Dengan apa
perekat itu? Hal itu adalah orang tua, dimana semua hal yang ada pada laki-laki
belum tentu orang tua perempuan menerimanya, begitupun juga sebaliknya. Manusia
tidak boleh egois hanya memikirkan kecocoka antara keduaorang, namun lebih luas
kepada kedua belah keluarga.
Tantangan
Cinta dan Jodoh akan muncul seiring dengan semakin seringnya interaksi dengan
orang-orang disekitar mereka berdua. Maka harus diketahui tipikal orang yang
pas untuk melengkapi “puzzel” keluarga dan juga dapat disebut tali penghubung
antara kedua keluarga. Jangan sampai seseorang belum kenal betul dengan
“puzzel” yang akan dipasangkannya bersamaan dengan rangkaian “puzzel” yang
lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar