Jumat, 25 Juli 2014

Antara Cinta & Jodoh

Cinta merupakan sebuah anugrah yang ditiupkan oleh tuhan pad hati manusia. Rasa yang unik yang dapat berubah sewaktu-waktu, karena sebagai penyeimbang “cinta” maka ditaruhlah benci oleh tuhan, karena sesuatu yang berlebihan merupakan hal yang tidak baik. Begitupan dengan cinta yang berlebihan dapat menerobbos garis pembatas sehingga berubahlah menjadi benci.
Rasa Cinta uncul dengan banyak alasan, apalagi jika hal itu merupakan rasa yang ditimbulkan antara pertemuan kedua lawan jenis. Kebanyakan alasannya adalah  absurd. Cinta menjadi sesuatu yang mahal harganya jika tubuh manusia sudah dikuasai oleh rasa kebencian. Semua hal yang dilihat, didengar oleh manusia akan berakibat kebencian dalam hati. Namun, jika cinta itu menguasai seuthnya tubuh manusia juga menjadi bahaya, karena hal yang salah dapat dibenarkan karena cinta, begitupun juga sebaliknya. Diantara keduanya maka ada yang namanya akal fikiran sebagai wasit antara cinta dan benci.
Membicarakan cinta kita akan identik dengan “jodoh”. Apalagi jika “virus” ini (cinta) menjalar pada anak remaja. Semuanya ingin dan lekas bertemu dengan jodoh mereka yang dianggapnya adalah cinta sejati. Rasa cinta yang sebenarnya bukan hanya sebab yang dapat hilang jika sebab tersebut jika menghilang.
Apakah kita tidak tahu cinta dan jodoh itu juga harus ada perekatnya. Tidak semata cinta sejati antara dua insan bisa dinamakan jodoh, karena jodoh harus berhubungan dengan berbagai aspek. Terutama keberterimaan antara kedua belah pihak (keluarga) terutama orang tua. Maka seseorang yang merasa sudah menemukan jodohnya dia harus bisa merekatkan dirinya dengan lawan jenisnya. Dengan apa perekat itu? Hal itu adalah orang tua, dimana semua hal yang ada pada laki-laki belum tentu orang tua perempuan menerimanya, begitupun juga sebaliknya. Manusia tidak boleh egois hanya memikirkan kecocoka antara keduaorang, namun lebih luas kepada kedua belah keluarga.

Tantangan Cinta dan Jodoh akan muncul seiring dengan semakin seringnya interaksi dengan orang-orang disekitar mereka berdua. Maka harus diketahui tipikal orang yang pas untuk melengkapi “puzzel” keluarga dan juga dapat disebut tali penghubung antara kedua keluarga. Jangan sampai seseorang belum kenal betul dengan “puzzel” yang akan dipasangkannya bersamaan dengan rangkaian “puzzel” yang lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar