By : Muhammad Hasan
Shiddiq
Sepak Bola Membunuhmu?
Akhir
bulan september 2018 kabar duka mewarnai dunia sepak bola Indonesia. bukan
karena prestasi timnas Indonesia yang kurang memuaskan, kembali lagi kasus
kisruh antar rivalitas para suporter. Indonesia memang menjadi negara dengan
basis supporter terbesar di dunia, fanatisme antar supporter kepada klub yang
didukung juga sangat tinggi. Bukan berarti rivalitas klub sepak bola diturunkan
menjadi rivalitas supporter bola. hal ini tidak adil karena satu pertandingan
berlangsung selama 90 menit, perebutan gelar juara hanya berlangsung satu
musim. Rivalitas suporter berlangsung sepanjang waktu, bahkan menimbulkan
banyak keresahan pada masyarakat.
Sepak
bola Indonesia merupakan semangat bangsa, sepak bola dapat menyatukan bangsa
kita, kenapa memilih sepak bola yang memecah persatuan negara. Hal itu yang
sering membuat para oknum supporter yang tidak bertanggung jawab dengan dingin
menghilangkan nyawa supporter lain. Saya sendiri percaya dengan sepak bola
adalah simbol persatuan bangsa Indonesia, pasti siapapun masyarakat Indonesia
akan merinding ketika lagu Indonesia Raya berkumandang di stadion, baik luar
negeri maupun stadion Indonesia ketika timnas Indonesia bertanding melawan
timnas negara lain. bahkan militansi supporter Indonesia sangat dikagumi
oleh supporter negara lain. perhelatan AFF-U16 di Indonesia menjadi viral,
ketika ada video supporter yang berada di stadion penuh. demi mendukung timnas
Indonesia bahkan usia 16 tahun, bukan timnas senior. Hal ini tidak akan
dijumpai di negara manapun di pertandingan tingkat junior. Saya yakin basis
supporter klub besar Indonesia bisa duduk bersama dalam satu tribun dengan
mendukung timnas, tetapi kenapa tidak bisa duduk dalam satu tribun menyaksikan
pertandingan klub sepak bola masing-masing, kedua klub sepak bola tersebutlah
yang menjadi pilar timnas Indonesia.
Lantas masihkah kita tidak
mau bersatu, mendukung klub sepak bola yang kita cintai dengan hal-hal positif,
karena rivalitas supporter yang menjurus keranah anarki bukanlah budaya bangsa
Indonesia yang sejati. Sepak bola menjadi
hiburan serta menjadi pemutar ekonomi masyarakat, ketika sepak bola hanya
dinaungi awan hitam akan membuat energy positif itu hilang. Apakah mau setiap
stadion sepak bola diberi tulisan besar bahwa “sepak bola membunuhmu”, yang
salah di sini adalah oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab menghilangkan
nyawa orang lain. Buka sepak bola yang dapat menghilangkan nyawa seseorang. Ketika
ada kasus pada pertandingan sepak bola, bukan sepak bolanya yang harus dihilangkan,
karena sejatinya sepak bola adalah persatuan, kerjasama, konsentrasi, focus,
dan taktik. Tidak ada permusuhan, provokasi, kekerasan, kebodohan, hilang control.
Lantas siapa yang salah? Kita semua yang salah bukan sepak bola yang salah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar