Senin, 15 Desember 2014

Pesona Dua Rembulan

Ah…. Kepalaku masih terasa pusing. Peralatan medis terpasang di beberapa bagian tubuhku. Kuteringat kejadian terakhir dimana aku masih dapat melihat ruang kamarku. Masih terngiang jelas suara seseorang yang memanggil-manggil namaku, mbak aya ... suara yang tertahan oleh tetesan air mata.
            Dimana aku ini? Rumah sakit apa ini? Siapa yang mengantar dan menungguiku disini?. Tiba-tiba saja kepalaku mendadak sangat berat sekali disertai alunan nafas yang memburu menyesakkan dadaku. Meski di saluran pernafasanku sudah terpasang selang oksigen seakan tak mampu berbuat banyak. Ya Allah apakah ini pertanda akau harus pulang secepat ini, andai itu memnag kehendakMu ijinkan akau melihat kedua orang tuaku dulu, kakak, sahabat aku ingin berpamitan kepada mereka. Entah kenapa sosok laki-laki yang sudah kuanggap sebagai kakak hanyut dalam fikiranku disaat aku seperti ini aku ingin sekali dia bisa menemaniku disaat seperti ini.
             Sreetttt....... hanya suara pintu terbuka saja yang sempat aku dengar sebelum aku pingsan. ”Dokter ada apa lagi dengan keadaan mbak Aya, tanya seorang perempuan berkerudung hijau serta memeluk erat tangan sebelah kanan gadis yang tak sadarkan diri tadi. Sementara teman gadis berkredung hijau tadi tidak kalah paniknya mencoba secepat mungkin memencet keypad HP , matanya dengan seksama memperhatikan setiap digit nomor dan huruf yang ditampilkan di layar LCD.
            ”tidak apa-apa kok dek, Cuma oksigennya habis. Setelah diganti insya allah mbak kalian sadar lagi” kata dokter dengan tenang. Perkataan itu sedikit melegakan fikiran mereka. Akan tetapi raut muka cemas tidak kunjung sirna dari keduanya melihat kakak kelas yang mereka sayangi tak kunjung sadarkan diri.
#*#
            ”Aku dimana fa ” aya mengulanginya sampai tiga kali sambil menggoyang goyangkan bahu perempuan berkrudung hijau.
            ”Alhamdulillah mbak .. ” dengan tatapan mata masih sayup-sayup.
            ”Loch koq malah gak dijawab ” sanggah aya cepat
            ”Semalam mbak pingsan lagi, sekarang mbak dirawat di klinik pengobatan Al-Fatah, Rahma sudah ngasih  tahu kepada keluarga mbak sama kakak dan jga pacar mbak” jelas Ifa.
            ”Terus bagaimana Fa tanggapan mereka semua???” tanya Aya.
            ”Keluarga mbak besok mau kesini, sementara kakak sama pacar mbak nanti malam datang kemari” Jawab Ifa kepada sosok perempuan terkulai lemas dihadapannya.
bidi;">            Terimakasih Allah sudah memberi aku kesempatan untuk bisa bernafas lebih lama setidaknya sampai kak Irfan datang kesini, tapi aku berharap lebih lama dari itu. Memang aya sudah lama tidak bertemu dengan Isosok laki-laki yang sudah dianggap menjadi kakak kandungnya sendiri ini. Seorang anak remaja yng dia kenla saat mengikuti seminar di sebuah Universitas swasta satu tahun yang lampau. Dia mampu mengubah pola fikir aya tentang cowok yang dianggapnya rendah menjadi lebih bermakna dalam mata Aya. Setelah hatinya pernah tersakiti oleh lelaki.
            ”Fa, kata kakakku dia akan kesini jam berapa?” tanya Aya tidak sabar mencari kepastian waktu.
            ”Mungkin jam 9 malam mbak” jawab Ifa singkat.
            Rahma yang sedari tadi terlihat sedang memperhatikan layar ponsel menanti datangnya sms dari seseorang. Entah siapa itu pacar atau kakak Aya. Sementara Aya dai tadi memperhatikan dentuman jam dinding sesekali melirik kearah jendela berharap mentari segera berganti
dengan rembulan serta gemerlip dari sang bintang. Meski dia hanya ingin melihat senyum dari kedua cowok yang bersahabat itu.
#$*
            Tepat pada waktu yang dijanjikan tiba-tiba pintu ruang perawatan bergeser ke kiri muncul dari balik pintu itu sesosok remaja bertubuh agak kurus tinggi. Senyuman manis tidak luput dari bibir remaja tadi. Hal yang selalu dia lakukan ketika bertemu dengan Aya. Tidak lama kemudian disusul cowok berbadan agak pendek dari yang pertama.
            ”Assalamu’alaikum .... bagaimana dek sudah mendingan?”
            Aya hanya tersenyum mendapat pertanyaan yang secara tiba-tiba setelah ucapan salam. Ifa dan Rahma yang duduk membelakangi pintu refleksmenjawab salam tanpau mengetahui siapa sipemberi salam dengan raut wajah keheranan.
            Berbagai cerita yang sudah Aya persiapkan untuk Irfan urung disampaikan segera. Aya menahan rindu yang sudah iya simpan enam jam tadi untuk
lebih lama lagi sebab di ruangan itu tidak cuma Irfan dan Aya saja. Tengah malam mungkin waktu yang tepat. Aku bisa menyuruh kekasihku untuk beristirahat dan bergantian dengan kak Irfan untuk menjagaku.
            Meski sesorang yang berada didepan Aya adalah kekasihnya kan tetapi fikiran nya menyebrang jauh ke kasur perawatan sebelah yang kebetulan kosong. Aya hanya dapat berandai-andai jika dia berada disitu bersendau gura tawa ria dengan kakak tersayangnya. Bukan Ifa dan Rahma. Terblesit sedikit rasa cemburu kepada kedua adik kelasnya.
            ”yank istirahatlah, biar gantian kak Irfan yang jagain aku. Kamu terlihat sangat letih dan capek setelah tadi siang sudah bolak-balik kesini” pinta Aya kepada cowok yang terkantuk-kantuk. Ucapan Aya barusan seketika menyadarkan  cowok tadi. Awalnya permintaan Aya ditolak tapi, setelah diberi penjelasan Aya diapun mau menurut.
            Beribu kata-kata yang sudah Aya persiapkan menghilang lenyapdari fikirannya. Seakan kosong hampa, fikirannya pun tersenat oleh sesuatu hal yang membuat dia tidak bisa berkata ”Kak aku kangen kamu:.
            Melihat Aya hanya tersenyum tanpa berucap sepatah katapun sempat membuat Irfan kikuk.
            ”dek katanya tadi mau bicara sama kakak, bicara apa?” Tanya Irfan untuk memcah keheningan malam.
            Bukan mendapat jawaban dri pertanyaannya malah Irfan hampir dibuat bungkam lagi karena Aya Cuma menjawab ”gpp oq kak”  sambil melempar senyuman kepada Irfan.
            Mengerti Aya sedang tidak ingin berdialog panjang lebar dengan dirinya. Irfan berinisiatif untuk menceritakan kejadian yang sedang dia lamai akhir-akhir ini. Ilmu yang seakan diajarkan Allah melalui kejadian langsung. Ilmu yang dia dapat dari mengikuti majlis ta’lim malam kamis tadi Irfan ajarkan kepada Aya dengan gaya bahasa semirip mungkin dengan sang kyai.
            Dalam majlis ta’lim itu diceritakan tentang beberapa kisah nabi-nabi dahulu yang di beri cobaan oleh Allah bermacam-macam. Mulai dari sakit sampai musibah yang maha besar dia ceritakan urut dan runtut kepada Aya. Dalm ceriya Irfan diselingi guyonan khas dari Irfan. Tidakk sia-sia yang dilakukan Irfan. Senyum manis muncul lagi menghiasi bibir manis adik tersayangnya dalam kondisi seperti ini.
      
لا إلا ه إلآ أنت سبحانك إنى كنت من الظالمين
Tasbih nabi Yunus AS. Selalu diulan-ulang Irfan. Aya yang meras janggal karena Irfan selalu mengulang kalimat itubebrapa kali. Ayapun memberanikan diri bertanay ”kak itu do’a buat apa kak?” untuk kali ini strategi Irfan berhasil memancing Aya untuk mengucapkan kata-kata bukan hanya tersenyum memandangi dirinya. ”do’a itu yang musti kamu baca terus dek, itu do’a nabi Yunus dan dipakai ketika seseorang mendapat musibah, seperti kamu sekarang ini” jelas Irfan dengan nada halus serta tatapan sayang kepada Aya.
#*&^
”nanti sore duah boleh pulang dek, jangan terlalu capek dan banyak fikiran dulu ya istirahat yang cukup” dokter memberikan saran kepada Aya.
”Kalau pulangnya besok sore saja bisa tidak dokter?” Tanya Aya menyela.
”kayaknya masih belum enakan kok dokter”, tambah Aya. Hal ini dikarenakan Aya tidak mas seperti ini berakhir. Hanya sebagai alasan untuk memperpanjang waktu bersama dengan Irfan dan juga kekasihnya.
Mengetahui hal itu Irfan memberikan respon yang nyeleneh kepada Aya dengan mengatakan ”Dek, kakak tidak ingin kamu tidur terlalau lama disini” meski Irfan senderi mengetahui rencana adiknya itu. Berada disamping kedua pangeran hatinya. Meski Aya sendiri pernah mengungkapkan rahsia tentang rencana hidup Aya. Irfan ingin menjalani alur hidup ini seperti mengalir. Rencana panjang hidup adiknya bukan bersama dengan kekasihnya melainkan dengan dirinya.
Malam menampakkan pekatnya. Aya tidak ingin malam berakhir secepat kedipan mata. Karena itu pertanda dia akan berpisah lagi dengan rembulan hatinya. Tidak ada seorang pun dapat memutar waktu meski hanya satu detik saja. Sampai saat yang tidak diinginkan datang. Sang surya telah menampakkan sinarnya. Kedua rembulannya pun berpamitan. Aya teringat kata-kata terkahir dari kakaknya ”kita dipertemukan tidak lain hanya untuk dipisahkan. Entah itu kapan tidak ada yang mengetahuinya tapai hal itu pasti akan terjadi. Serta keyakinanmu adalah do’a, selama kamu yakin akau dan kamu akan bertemu lagi mungkin di suasana yang jauh lebih baik dari sekarang. Insya Allah keyakinan itu menjadi kenyataan karena keyakinan adalah do’a , selama kamu yakin selama itu pula kamu berdo’a, ” kata-kata Irfan selalu mentramtakan hati Aya. Tak terkecuali kata-kata itu yang dapat membuat Aya ikhlas untuk berpisah.
                                                                                               

  06-02-2012

                                                                                                Temaram bulan 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar