Ah…. Kepalaku masih terasa pusing. Peralatan
medis terpasang di beberapa bagian tubuhku. Kuteringat kejadian terakhir dimana
aku masih dapat melihat ruang kamarku. Masih terngiang jelas suara seseorang
yang memanggil-manggil namaku, mbak aya ... suara yang tertahan oleh tetesan
air mata.
Dimana aku ini? Rumah sakit apa ini?
Siapa yang mengantar dan menungguiku disini?. Tiba-tiba saja kepalaku mendadak
sangat berat sekali disertai alunan nafas yang memburu menyesakkan dadaku.
Meski di saluran pernafasanku sudah terpasang selang oksigen seakan tak mampu
berbuat banyak. Ya Allah apakah ini pertanda akau harus pulang secepat ini,
andai itu memnag kehendakMu ijinkan akau melihat kedua orang tuaku dulu, kakak,
sahabat aku ingin berpamitan kepada mereka. Entah kenapa sosok laki-laki yang
sudah kuanggap sebagai kakak hanyut dalam fikiranku disaat aku seperti ini aku
ingin sekali dia bisa menemaniku disaat seperti ini.
Sreetttt....... hanya suara pintu terbuka saja
yang sempat aku dengar sebelum aku pingsan. ”Dokter ada apa lagi dengan keadaan
mbak Aya, tanya seorang perempuan berkerudung hijau serta memeluk erat tangan
sebelah kanan gadis yang tak sadarkan diri tadi. Sementara teman gadis
berkredung hijau tadi tidak kalah paniknya mencoba secepat mungkin memencet
keypad HP , matanya dengan seksama memperhatikan setiap digit nomor dan huruf
yang ditampilkan di layar LCD.
”tidak apa-apa kok dek, Cuma
oksigennya habis. Setelah diganti insya allah mbak kalian sadar lagi” kata
dokter dengan tenang. Perkataan itu sedikit melegakan fikiran mereka. Akan
tetapi raut muka cemas tidak kunjung sirna dari keduanya melihat kakak kelas
yang mereka sayangi tak kunjung sadarkan diri.
”Aku dimana fa ” aya mengulanginya
sampai tiga kali sambil menggoyang goyangkan bahu perempuan berkrudung hijau.
”Alhamdulillah mbak .. ” dengan
tatapan mata masih sayup-sayup.
”Loch koq malah gak dijawab ”
sanggah aya cepat
”Semalam mbak pingsan lagi, sekarang
mbak dirawat di klinik pengobatan Al-Fatah, Rahma sudah ngasih tahu kepada keluarga mbak sama kakak dan jga
pacar mbak” jelas Ifa.
”Terus bagaimana Fa tanggapan mereka
semua???” tanya Aya.
”Keluarga mbak besok mau kesini,
sementara kakak sama pacar mbak nanti malam datang kemari” Jawab Ifa kepada
sosok perempuan terkulai lemas dihadapannya.
bidi;"> Terimakasih Allah sudah memberi aku
kesempatan untuk bisa bernafas lebih lama setidaknya sampai kak Irfan datang
kesini, tapi aku berharap lebih lama dari itu. Memang aya sudah lama tidak
bertemu dengan Isosok laki-laki yang sudah dianggap menjadi kakak kandungnya
sendiri ini. Seorang anak remaja yng dia kenla saat mengikuti seminar di sebuah
Universitas swasta satu tahun yang lampau. Dia mampu mengubah pola fikir aya
tentang cowok yang dianggapnya rendah menjadi lebih bermakna dalam mata Aya.
Setelah hatinya pernah tersakiti oleh lelaki.
”Fa, kata kakakku dia akan kesini
jam berapa?” tanya Aya tidak sabar mencari kepastian waktu.
”Mungkin jam 9 malam mbak” jawab Ifa
singkat.
Rahma yang sedari tadi terlihat
sedang memperhatikan layar ponsel menanti datangnya sms dari seseorang. Entah
siapa itu pacar atau kakak Aya. Sementara Aya dai tadi memperhatikan dentuman
jam dinding sesekali melirik kearah jendela berharap mentari segera berganti
dengan rembulan serta gemerlip dari sang bintang. Meski dia hanya ingin melihat senyum dari kedua cowok yang bersahabat itu.
dengan rembulan serta gemerlip dari sang bintang. Meski dia hanya ingin melihat senyum dari kedua cowok yang bersahabat itu.
#$*
Tepat pada waktu yang dijanjikan
tiba-tiba pintu ruang perawatan bergeser ke kiri muncul dari balik pintu itu
sesosok remaja bertubuh agak kurus tinggi. Senyuman manis tidak luput dari
bibir remaja tadi. Hal yang selalu dia lakukan ketika bertemu dengan Aya. Tidak
lama kemudian disusul cowok berbadan agak pendek dari yang pertama.
”Assalamu’alaikum .... bagaimana dek
sudah mendingan?”
Aya hanya tersenyum mendapat pertanyaan
yang secara tiba-tiba setelah ucapan salam. Ifa dan Rahma yang duduk
membelakangi pintu refleksmenjawab salam tanpau mengetahui siapa sipemberi
salam dengan raut wajah keheranan.
Berbagai cerita yang sudah Aya
persiapkan untuk Irfan urung disampaikan segera. Aya menahan rindu yang sudah
iya simpan enam jam tadi untuk
lebih lama lagi sebab di ruangan itu tidak cuma Irfan dan Aya saja. Tengah malam mungkin waktu yang tepat. Aku bisa menyuruh kekasihku untuk beristirahat dan bergantian dengan kak Irfan untuk menjagaku.
lebih lama lagi sebab di ruangan itu tidak cuma Irfan dan Aya saja. Tengah malam mungkin waktu yang tepat. Aku bisa menyuruh kekasihku untuk beristirahat dan bergantian dengan kak Irfan untuk menjagaku.
Meski sesorang yang berada didepan
Aya adalah kekasihnya kan tetapi fikiran nya menyebrang jauh ke kasur perawatan
sebelah yang kebetulan kosong. Aya hanya dapat berandai-andai jika dia berada
disitu bersendau gura tawa ria dengan kakak tersayangnya. Bukan Ifa dan Rahma.
Terblesit sedikit rasa cemburu kepada kedua adik kelasnya.
”yank istirahatlah, biar gantian kak
Irfan yang jagain aku. Kamu terlihat sangat letih dan capek setelah tadi siang
sudah bolak-balik kesini” pinta Aya kepada cowok yang terkantuk-kantuk. Ucapan
Aya barusan seketika menyadarkan cowok
tadi. Awalnya permintaan Aya ditolak tapi, setelah diberi penjelasan Aya diapun
mau menurut.
Beribu kata-kata yang sudah Aya
persiapkan menghilang lenyapdari fikirannya. Seakan kosong hampa, fikirannya
pun tersenat oleh sesuatu hal yang membuat dia tidak bisa berkata ”Kak aku
kangen kamu:.
Melihat Aya hanya tersenyum tanpa
berucap sepatah katapun sempat membuat Irfan kikuk.
”dek katanya tadi mau bicara sama
kakak, bicara apa?” Tanya Irfan untuk memcah keheningan malam.
Bukan mendapat jawaban dri
pertanyaannya malah Irfan hampir dibuat bungkam lagi karena Aya Cuma menjawab ”gpp
oq kak” sambil melempar senyuman
kepada Irfan.
Mengerti Aya sedang tidak ingin
berdialog panjang lebar dengan dirinya. Irfan berinisiatif untuk menceritakan
kejadian yang sedang dia lamai akhir-akhir ini. Ilmu yang seakan diajarkan
Allah melalui kejadian langsung. Ilmu yang dia dapat dari mengikuti majlis
ta’lim malam kamis tadi Irfan ajarkan kepada Aya dengan gaya bahasa semirip
mungkin dengan sang kyai.
Dalam majlis ta’lim itu diceritakan
tentang beberapa kisah nabi-nabi dahulu yang di beri cobaan oleh Allah
bermacam-macam. Mulai dari sakit sampai musibah yang maha besar dia ceritakan
urut dan runtut kepada Aya. Dalm ceriya Irfan diselingi guyonan khas
dari Irfan. Tidakk sia-sia yang dilakukan Irfan. Senyum manis muncul lagi
menghiasi bibir manis adik tersayangnya dalam kondisi seperti ini.
لا إلا ه
إلآ أنت سبحانك إنى كنت من الظالمين
Tasbih nabi Yunus AS. Selalu diulan-ulang
Irfan. Aya yang meras janggal karena Irfan selalu mengulang kalimat itubebrapa
kali. Ayapun memberanikan diri bertanay ”kak itu do’a buat apa kak?” untuk kali
ini strategi Irfan berhasil memancing Aya untuk mengucapkan kata-kata bukan
hanya tersenyum memandangi dirinya. ”do’a itu yang musti kamu baca terus dek,
itu do’a nabi Yunus dan dipakai ketika seseorang mendapat musibah, seperti kamu
sekarang ini” jelas Irfan dengan nada halus serta tatapan sayang kepada Aya.
#*&^
”nanti sore duah boleh pulang dek, jangan
terlalu capek dan banyak fikiran dulu ya istirahat yang cukup” dokter
memberikan saran kepada Aya.
”Kalau pulangnya besok sore saja bisa tidak
dokter?” Tanya Aya menyela.
”kayaknya masih belum enakan kok dokter”,
tambah Aya. Hal ini dikarenakan Aya tidak mas seperti ini berakhir. Hanya
sebagai alasan untuk memperpanjang waktu bersama dengan Irfan dan juga
kekasihnya.
Mengetahui hal itu Irfan memberikan respon yang
nyeleneh kepada Aya dengan mengatakan ”Dek, kakak tidak ingin kamu tidur
terlalau lama disini” meski Irfan senderi mengetahui rencana adiknya itu.
Berada disamping kedua pangeran hatinya. Meski Aya sendiri pernah mengungkapkan
rahsia tentang rencana hidup Aya. Irfan ingin menjalani alur hidup ini seperti
mengalir. Rencana panjang hidup adiknya bukan bersama dengan kekasihnya
melainkan dengan dirinya.
Malam menampakkan pekatnya. Aya tidak ingin
malam berakhir secepat kedipan mata. Karena itu pertanda dia akan berpisah lagi
dengan rembulan hatinya. Tidak ada seorang pun dapat memutar waktu meski hanya
satu detik saja. Sampai saat yang tidak diinginkan datang. Sang surya telah
menampakkan sinarnya. Kedua rembulannya pun berpamitan. Aya teringat kata-kata
terkahir dari kakaknya ”kita dipertemukan tidak lain hanya untuk dipisahkan.
Entah itu kapan tidak ada yang mengetahuinya tapai hal itu pasti akan terjadi.
Serta keyakinanmu adalah do’a, selama kamu yakin akau dan kamu akan bertemu
lagi mungkin di suasana yang jauh lebih baik dari sekarang. Insya Allah
keyakinan itu menjadi kenyataan karena keyakinan adalah do’a , selama kamu yakin
selama itu pula kamu berdo’a, ” kata-kata Irfan selalu mentramtakan hati Aya.
Tak terkecuali kata-kata itu yang dapat membuat Aya ikhlas untuk berpisah.
06-02-2012
Temaram
bulan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar