Jumat, 22 Februari 2013

Litamanni


Sinar mentari pagi mulai menerobos genteng kamarku. Tidak terasa bahwa pagi ini UAS pertama. Serasa aku masih ingat jelas ketika aku bermain riang bersama teman-teman kecilku. Berlari-lari riang saling mengejar. Waktu dimana aku tidak merasakan capek sedikitpun meski, berlari, melompat, dan menjerit sekeras mungkin. Masa dimana hidup sangat ringan tiada beban sedikitpun. Setiap hari hanya belajar dan bermain.
“Ayo ... ayo ... kamu yang jaga sekarang! Jangan curang loh ..”
Suara yang familiar bagiku. Teringat jika ini hari ahad dimana para anak-anak desa Batur libur sekolah. Begitpun juga dengan diriku, ahad dan sabtu adalah hari libur kuliyah. Aku sendiri masih mengantuk setelah semalam suntuk menyaksikan pertandingan sepak bola. Dilanjtkan dengan sholat shubuh berjama’ah bersama teman-teman di Masjid.
Tangan kananku mencari HP yang tadi subuh aku pegang. Jam digital dalam di walpaper menunjukan angka 07.00. aku berinisiatif mandi matahari pagi untuk sekedar menghangatkan tubuh. Maklumlah aku berasal dari daerah pesisir sedangkan desa Batur ini termasuk pegunungan. Masih belum bisa menyesuaikan keadaan meski sudah sampai UAS semester pertama.
Teman-temanku biasa memanggil aku Irfan. Irfan Irsyad maulana lengkapnya. Meliahat anak-anak desa Batur yang berlari riang membuatku tersenyum sendiri, ditemani musik dari Bondan Prakoso membuat sekan lirik lagunya mengalir dalam nafas. Penuh semangat dan motivasi. Dalam anganku jauh, aku ingin kembali menjadi seperti bocah yang bermain ditanah pekarangan Masjid. Letak tempat tinggalku sementara memang berdekatan dengan masjid desa setempat.
Meskipun aku tahu harpanku seperti itu biasa disebut ilmu nahwu “li tamanni”, harpan yang tidak mungkin terwujud, ataupun terwujud tapi sedikit sekali kemungkinannya. Beberapa agenda hari-hari kemarin sempat membuatku dorup. Hari ini mungkin akan aku gunakan untuk mengset ulang fikiran. Esok adalah ahri pertama UAS sementara aku belum ada persiapan apa-apa.
Lima lagu bondan yang telah habis kuputar belum membuat aku beranjak dari tempatku. Seberapa sibuknya, aku menyempatkan untuk sekedar bercanda tawa dengan anak-anak desa sini.  Rata-rata anak desa sini libur pada hari jumu’ah, dimana waktu mereka bermain bersama. Penduduk desa Batur memang terkenal orang yang agamis jika dibandingkan dengan desa-desa lain sekitar kampus ini.
Meski tercatat sebagai mahasiswa baru namun, aku dikenal para seniorku satu jurusan sebagai mahasiswa pembangkang. Contoh pertama ketika awal ospek aku tidak menuruti perintah dari seniorku. Ketika itu seniorku melarang untuk keluar lingkup kampus untuk sholat jumu’ah dengan pertimbangan akan diadakan sholat jumu’ah bersama di ruang A304.
Perubahan cara pandangan dilingkungan ini yang membuatku tidak nyaman. Jika aku bandingkan dengan aku dulu di MA suasana kampus ini seperti tempat  yang sangat asing. Menurut teman kuliahku aku memang tidak cocok berada di kampus seperti ini. Ditambah lagi dengan masuk si PTN ITS ini bukan pilihan hatiku. Tempat yang jauh dan jurusan yang tidak sesuai adalah faktor utamanya.
“fan jadi berangkat ke kampus jam berapa?” tegur salah seorang teman kosku.
Sontak perkataan tadi menyadarkan lamunanku.
“iya sebentar lagi aku masuk jam 08.00, kamu jadi kuliah jam berapa git” jawabku pada sigit.
Jika melihat Sigit aku merasa malu sendiri . meski Sigit berasal dari keluarga yang kurang mampu tapi, semangatnya untuk belajar sangat tinggi. Sedangkan aku sendiri yang sudah difasilitasi oleh orang tuaku untuk belajar belum bisa menyamai semangatnya. Semester ini merupakan semester awal bagiku. Harapan yang tinggi untuk meraih IP yang bagus selalu menjadi targetku. Ah ... sudahlah yang penting konsentrasi saja pada hari ini.
-----
Tidak terasa hari ini hari terakhir aku uas. Tinggal menunggu nilai keluar satu. Tidak lama berselang ada sms masuk dari ketua kelas ku. Sms itu memberitakan bahwa mata kuliah bahasa Indonesia sudah dapat dilihat. Optimis nilai yang akan aku lihat adalah A dalam laman SIA untuk mata kuliah bahasa Indonesia. Berbegas mencari tempat wifi bersama tiga orang teman. Karena dari keempat diantara kami yang mempunyai laptop hanya dua orang saja maka, secara bergantian  untuk mengecek pada SIA masing-masing.
Diketahui dari ketiga temanku mendapat nilai A semua. Sekarang gikiranku mebgetikkan NIM dan password pada laman sia yang sudah terbuka. Hal yang mengejutkan bagiku dan teman-temanku. Nilai yang diidamkan tidak tertulis disitu. Hanya mendapatkan nilai satu tingkat dibawahnya.
“Ini baru permulaan fan. Santai saja masih ada 8 mata kuliah lagi, toh bobot sks nya juga sedikit” kata irwan yang menyemangatiku.
“ ya sudah  fan, rencana kamu mau pulang kapan?,” tanya Fian yang duduk disebelah kananku.
“insya allah besok pagi yan?” jawabku lesu.
Ya sudahlah mari kita pulang saja ke kos masing-masing. Usul Fian, semenjak hari itu kami tidak pernah bertemu lagi, kami berempat yang bearsal dari kota yang berbeda sibuk dengan agenda liburannya masing-masing.       
Sudah 12 sks nilai yang keluar, berarti tinggal 8 sks dari total 21 sks pada semester ini. Sebanyak itu pula belum ada satu nialai pun yang ada dalam SIA ku. Sementara ketiga temanku sudah 4 mata kuliah yang mendapat nilai A. Tinggal tiga mata kuliah lagi yang belum keluar. Masing-masing 4 sks 3 dan 1 sks. Sehingga total 21 sks pada semester ini. Menurut kabar yang dari ketua kelas nilai mata kuliah PKn akan keluar besok pagi. Aku masih ada harapan mata kuliah ini mendapat nilai A. Dengan berpedoman pada keseharianku di Kampus yang aktif dalam sesi tanya jawab mapun pengumpulan tugas.
Yang menjadi beban selama satu minggu ini (pengumuman nilai) ketika setiap nilai mata kuliah keluar teman-teman bertanya apakah aku mendapat A. Kenyataan yang sebaliknya terjawab pada kolom nilai SIAku. Seolah-olah aku memang pantas mendapat nilai tersebut. Tapi kenapa kenyataan berkata lain. Hal ini sempat membuatku setres memikirkan apa penyebab kesalahanku.
Samapai waktu pengumuman nilai selesai aku hanya mendapat satu nilai A dari mata kuliah yang hanya satu sks saja. Sementara target nilai B pada mata kuliah 4 sks tidak tercapai. Kemampuanku hanya diberi C dari dosen pengampu.
Setelah beberapa hari aku merenung. Aku menyadari jika setiap kegiatan perkuliahan berlangsung aku tidak pernah absen mengantuk. Ditambah nilai C yang hanya satu tersebut dikarenakan absensiku bolong 2 kali. Mungkin ini penyebabnya.
Andai aku dapat mengulang kembali. Aku pasti tidak akan menyianyiakan waktu yang telah diberikan Allah kepadaku.    Tiba-tiba dalam renuanganku seperti ada bayangan masa kecilku yang selalu bersemangat dalam belajar. Selalu ingin menjadai yang terbaik diantara semuanya.  Entah kenapa sekarang aku berbeda jauh dengan diriku yang dulu. Ini menjadi pelajaran bagiku untuk tidak terlena oleh waktu. Hal yang sekarang adalah kenyataan yang perlu diperjuangkan. Sesuatu yang sudah berlalu menjadi pelajaran untuk melangkah lebih maju. tiada  waktu yang bisa terulang. Hanya pengandai-andai yang tidak dapat terwujud jika aku teruskan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar