Sinar mentari pagi
mulai menerobos genteng kamarku. Tidak terasa bahwa pagi ini UAS pertama.
Serasa aku masih ingat jelas ketika aku bermain riang bersama teman-teman
kecilku. Berlari-lari riang saling mengejar. Waktu dimana aku tidak merasakan capek
sedikitpun meski, berlari, melompat, dan menjerit sekeras mungkin. Masa dimana
hidup sangat ringan tiada beban sedikitpun. Setiap hari hanya belajar dan
bermain.
“Ayo ... ayo ...
kamu yang jaga sekarang! Jangan curang loh ..”
Suara yang familiar
bagiku. Teringat jika ini hari ahad dimana para anak-anak desa Batur libur
sekolah. Begitpun juga dengan diriku, ahad dan sabtu adalah hari libur kuliyah.
Aku sendiri masih mengantuk setelah semalam suntuk menyaksikan pertandingan
sepak bola. Dilanjtkan dengan sholat shubuh berjama’ah bersama teman-teman di
Masjid.
Tangan kananku
mencari HP yang tadi subuh aku pegang. Jam digital dalam di walpaper menunjukan
angka 07.00. aku berinisiatif mandi matahari pagi untuk sekedar menghangatkan
tubuh. Maklumlah aku berasal dari daerah pesisir sedangkan desa Batur ini
termasuk pegunungan. Masih belum bisa menyesuaikan keadaan meski sudah sampai
UAS semester pertama.
Teman-temanku biasa
memanggil aku Irfan. Irfan Irsyad maulana lengkapnya. Meliahat anak-anak desa
Batur yang berlari riang membuatku tersenyum sendiri, ditemani musik dari
Bondan Prakoso membuat sekan lirik lagunya mengalir dalam nafas. Penuh semangat
dan motivasi. Dalam anganku jauh, aku ingin kembali menjadi seperti bocah yang
bermain ditanah pekarangan Masjid. Letak tempat tinggalku sementara memang
berdekatan dengan masjid desa setempat.
Meskipun aku tahu harpanku
seperti itu biasa disebut ilmu nahwu “li tamanni”, harpan yang tidak
mungkin terwujud, ataupun terwujud tapi sedikit sekali kemungkinannya. Beberapa
agenda hari-hari kemarin sempat membuatku dorup. Hari ini mungkin akan aku
gunakan untuk mengset ulang fikiran. Esok adalah ahri pertama UAS sementara aku
belum ada persiapan apa-apa.
Lima lagu bondan
yang telah habis kuputar belum membuat aku beranjak dari tempatku. Seberapa
sibuknya, aku menyempatkan untuk sekedar bercanda tawa dengan anak-anak desa
sini. Rata-rata anak desa sini libur
pada hari jumu’ah, dimana waktu mereka bermain bersama. Penduduk desa Batur
memang terkenal orang yang agamis jika dibandingkan dengan desa-desa lain
sekitar kampus ini.
Meski tercatat
sebagai mahasiswa baru namun, aku dikenal para seniorku satu jurusan sebagai
mahasiswa pembangkang. Contoh pertama ketika awal ospek aku tidak menuruti
perintah dari seniorku. Ketika itu seniorku melarang untuk keluar lingkup
kampus untuk sholat jumu’ah dengan pertimbangan akan diadakan sholat jumu’ah
bersama di ruang A304.
Perubahan cara
pandangan dilingkungan ini yang membuatku tidak nyaman. Jika aku bandingkan
dengan aku dulu di MA suasana kampus ini seperti tempat yang sangat asing. Menurut teman kuliahku aku
memang tidak cocok berada di kampus seperti ini. Ditambah lagi dengan masuk si
PTN ITS ini bukan pilihan hatiku. Tempat yang jauh dan jurusan yang tidak
sesuai adalah faktor utamanya.
“fan jadi berangkat
ke kampus jam berapa?” tegur salah seorang teman kosku.
Sontak perkataan
tadi menyadarkan lamunanku.
“iya sebentar lagi
aku masuk jam 08.00, kamu jadi kuliah jam berapa git” jawabku pada sigit.
Jika melihat Sigit
aku merasa malu sendiri . meski Sigit berasal dari keluarga yang kurang mampu
tapi, semangatnya untuk belajar sangat tinggi. Sedangkan aku sendiri yang sudah
difasilitasi oleh orang tuaku untuk belajar belum bisa menyamai semangatnya.
Semester ini merupakan semester awal bagiku. Harapan yang tinggi untuk meraih
IP yang bagus selalu menjadi targetku. Ah ... sudahlah yang penting konsentrasi
saja pada hari ini.
-----
Tidak terasa hari
ini hari terakhir aku uas. Tinggal menunggu nilai keluar satu. Tidak lama
berselang ada sms masuk dari ketua kelas ku. Sms itu memberitakan bahwa mata
kuliah bahasa Indonesia sudah dapat dilihat. Optimis nilai yang akan aku lihat
adalah A dalam laman SIA untuk mata kuliah bahasa Indonesia. Berbegas mencari
tempat wifi bersama tiga orang teman. Karena dari keempat diantara kami yang
mempunyai laptop hanya dua orang saja maka, secara bergantian untuk mengecek pada SIA masing-masing.
Diketahui dari
ketiga temanku mendapat nilai A semua. Sekarang gikiranku mebgetikkan NIM dan
password pada laman sia yang sudah terbuka. Hal yang mengejutkan bagiku dan
teman-temanku. Nilai yang diidamkan tidak tertulis disitu. Hanya mendapatkan
nilai satu tingkat dibawahnya.
“Ini baru permulaan
fan. Santai saja masih ada 8 mata kuliah lagi, toh bobot sks nya juga sedikit”
kata irwan yang menyemangatiku.
“ ya sudah fan, rencana kamu mau pulang kapan?,” tanya
Fian yang duduk disebelah kananku.
“insya allah besok
pagi yan?” jawabku lesu.
Ya sudahlah mari
kita pulang saja ke kos masing-masing. Usul Fian, semenjak hari itu kami tidak
pernah bertemu lagi, kami berempat yang bearsal dari kota yang berbeda sibuk
dengan agenda liburannya masing-masing.
Sudah 12 sks nilai
yang keluar, berarti tinggal 8 sks dari total 21 sks pada semester ini.
Sebanyak itu pula belum ada satu nialai pun yang ada dalam SIA ku. Sementara
ketiga temanku sudah 4 mata kuliah yang mendapat nilai A. Tinggal tiga mata
kuliah lagi yang belum keluar. Masing-masing 4 sks 3 dan 1 sks. Sehingga total
21 sks pada semester ini. Menurut kabar yang dari ketua kelas nilai mata kuliah
PKn akan keluar besok pagi. Aku masih ada harapan mata kuliah ini mendapat
nilai A. Dengan berpedoman pada keseharianku di Kampus yang aktif dalam sesi
tanya jawab mapun pengumpulan tugas.
Yang menjadi beban
selama satu minggu ini (pengumuman nilai) ketika setiap nilai mata kuliah
keluar teman-teman bertanya apakah aku mendapat A. Kenyataan yang sebaliknya
terjawab pada kolom nilai SIAku. Seolah-olah aku memang pantas mendapat nilai
tersebut. Tapi kenapa kenyataan berkata lain. Hal ini sempat membuatku setres
memikirkan apa penyebab kesalahanku.
Samapai waktu
pengumuman nilai selesai aku hanya mendapat satu nilai A dari mata kuliah yang
hanya satu sks saja. Sementara target nilai B pada mata kuliah 4 sks tidak
tercapai. Kemampuanku hanya diberi C dari dosen pengampu.
Setelah beberapa
hari aku merenung. Aku menyadari jika setiap kegiatan perkuliahan berlangsung
aku tidak pernah absen mengantuk. Ditambah nilai C yang hanya satu tersebut
dikarenakan absensiku bolong 2 kali. Mungkin ini penyebabnya.
Andai aku dapat
mengulang kembali. Aku pasti tidak akan menyianyiakan waktu yang telah
diberikan Allah kepadaku. Tiba-tiba dalam renuanganku seperti ada
bayangan masa kecilku yang selalu bersemangat dalam belajar. Selalu ingin
menjadai yang terbaik diantara semuanya.
Entah kenapa sekarang aku berbeda jauh dengan diriku yang dulu. Ini
menjadi pelajaran bagiku untuk tidak terlena oleh waktu. Hal yang sekarang
adalah kenyataan yang perlu diperjuangkan. Sesuatu yang sudah berlalu menjadi
pelajaran untuk melangkah lebih maju. tiada
waktu yang bisa terulang. Hanya pengandai-andai yang tidak dapat
terwujud jika aku teruskan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar